Kelas Montessori
Pertama kali aku mengunjungi sekolah Montessori, aku ingat ketika aku berjalan bersama beberapa tamu lainnya untuk melihat ruangan-ruangan kelas yang ada. Ruangan kelas yang akan kami lihat adalah kelas untuk anak-anak usia 3-6 tahun.
Kami terkesima ketika sampai di depan kelas. Seorang ibu yang dari tadi sibuk dengan anaknya, terdiam sejenak, aku juga menghentikan langkahku dan mengamati dengan seksama ruangan kelas itu.
Ruangan kelas yang berukuran 10 x 8 m2 itu, memang luas. Sinar matahari menerangi hampir seluruh isi ruangan. Rak-rak tempat peralatan pelajaran tertata rapi.
Perabotan kayu nampak menonjol dan beberapa tanaman hijau ditaruh di beberapa rak dan sudut-sudut ruangan membuat ruangan terasa "homy" dan "cozy". Bau kayu tercium oleh ku , aku selalu suka bau kayu.
Kami berjalan masuk, kulihat beberapa meja belajar dengan masing masing 4 kursi pasangannya, diatur berjauhan satu dengan yang lain, ini memberikan ruangan gerak yang cukup luas buat anak-anak.
Ukuran meja, kursi dan rak peralatan yang kecil dan rendah nampaknya sengaja dibuat untuk kemudahan mereka.
Banyak peralatan Montessori yang diwadahi baki kayu dan keranjang bambu, ditata sedemikian rupa membuat aku berdecak kagum. Indah..
Hampir tidak kulihat mainan dan perabotan dari plastik seperti kebanyakan kutemui di sekolah taman kanak-kanak lain.
Anak dan Alam
Ketika akhirnya aku mengajar di kelas Montessori, aku menjadi lebih memahami fungsi kelas Montessori secara keseluruhan.
Aku belajar bahwa anak-anak dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang sangat besar, Montessori menyebutnya sebagai "natural learner". Sehingga tanpa dipaksa pun, anak-anak sudah senang belajar.
Montessori menegaskan akan pentingnya bagi anak-anak untuk melihat segala sesuatu yang indah dan tertata rapi, ini akan membuat mereka tertarik untuk menyentuh, mengambil dan mempelajarinya lebih jauh.
Sempat aku sendiri bertanya tanya akan penggunaan bahan alami yang ada di kelas. Montessori menekankan bahwa bahan alami penting di perkenalkan kepada anak-anak.
Mereka berhak mengenal segala sesuatu yang ada di dunia ini, yang sudah disediakan oleh Tuhan untuk mereka.
Montessori juga dalam penelitiannya menemukan bahwa anak-anak mempunyai kebutuhan untuk melatih kelima panca Indranya.
Oleh karenanya penting memberikan mereka kesempatan mengenal bau-bauan alami, seperti bau daun jeruk, bau kayu manis, bau bunga mawar dan lain lain.
Mereka juga perlu menyentuh macam-macam tekstur yang ada di sekitar mereka, yang halus ataupun yang kasar, seperti meraba kulit batang pohon, rumput, lantai, karpet, permukaan batu-batuan dan lain sebagainya.
Mereka juga bisa mengenal berbagai bentuk yang dapat mereka temui disekitar,seperti segitiga, segiempat, lingkaran dan lain-lain. Bahkan berbagai macam bentuk daun-daunan, wow...sesuatu yang tidak pernah ku pikirkan untuk kukenalkan pada anakku.
Anak-anak diajak membedakan keras lembutnya bunyi-bunyian, dan mencoba mencocokkan bunyi yang sama.
Mereka juga belajar membedakan berbagai macam rasa dan sekaligus mengenal nama-namanya, pahit, manis, asin, asam..aku selalu senang melihat mimik wajah mereka ketika mencicipi makanan dengan masing-masing rasa tersebut.
Aku berpikir, sepertinya Montessori berusaha sebisa mungkin membawa dunia ini dalam ruangan kelas dimana anak-anak dengan tangan kecilnya dapat dengan mudah menjangkau semuanya.
Hmmm... Sejak pertama kali aku melihat kelas yang seperti itu, rasa ingin tahuku tak terbendung..aku menjadi "overactive" mencari tau sana sini tentang siapa itu Maria Montessori.
Bagaimana Montessori menemukan metodenya yang ternyata berkembang pesat dihampir seluruh negara di dunia.
Bagaimana dia menentang arus metode pendidikan yang sudah ada. Pemikiran dan penemuannya bahkan dianggap kontroversial oleh beberapa ahli pendidikan saat itu.
Tetapi apa yang ditemukan oleh Montessori lewat penelitiannya ternyata membuat perubahan yang sangat besar bagi anak-anak. Bahkan bagi anak-anak yang dianggap tidak mempunyai kemampuan untuk belajar.
Sampai sekarang setelah lebih dari 100 tahun, metode pengajaran Montessori masih disebut "modern education". Mengapa..? Dan apakah 10-20 tahun yang akan datang, Montessori masih akan disebut "modern education"?
Dari sinilah pencarianku dimulai..dan terus berlanjut..